Sabtu, 30 Juli 2016

Contoh Drama Bahasa Indonesia: Kera Sakti



berikut adalah contoh drama bahasa indonesia 

 

Kera Sakti


Narator                : Pada suatu hari hiduplah seekor kera yang sangat sakti yang bisa mengalahkan para dewa   di kagangan. Sehingga ia pun dapat mengacaukan kayangan. Akibatnya ia dihukum oleh Buddha di gunung suci tempat hukuman dewa yang jahat.
Buddha                : “Pada suatu hari nanti, akan ada seseorang yang akan membebaskanmu dari hukum ini dan ia akan menjadi gurumu.”
Kera Sakti            : “Argggghhhh.....”
                                                                                500 Tahun Kemudian
Narator                : Ada seorang biksu suci yang bernama biksu Tong Sam Cong. Suatu saat ia mendapat sebuah pencerahan dari Dewi Kwan Im, untuk sebuag misi suci.
Dewi                     : “Ambillah tongkat dan mahkota ini, sebagai pemberian dariku.”
Biksu                     : “Baiklah, Terimakasih.”
Narator                : Kemudian biksu tong pergi untuk menjalankan misinya ini. Tiba-tiba ia mendengar suara keras di balik gunung.
Gokong                : “Tolong,tolong. Siapapun yang disana tolong saya...... Saya terjebak di dalam gunung ini!”
Biksu                     : “Dimana Kau? Aku akan membebatkanmu!”
Gokong                : “Dibawah sini...”
Biksu                     : “Bagaimana saya membebarkanmu?”
Gokong                : “Dengan mengambil segel berupa keratat itu!, maka aku akan bebas!”
Biksu                     : “ Baiklah, akan aku coba!”
Narator                : Dengan seketika gunung itu hancur dan Gokong pun terbebas.
Gokong                : “Bagaimana kau tahu mantra unuk membuka segel itu?”
Biksu                     : “ Mantra ini pernah diajarkan padaku oleh Dewi Kwan Im>”
Narator                : Datanglah Dewi Kwan Im...
Biksu                     : “Hormat Dewi”
Dewi                     : “Gokong, ini adalah gurumu yang dijanjikan oleh Budha. Dan kau Tong Sam Cong ini adalah muridmu yang akan menemanimu dalam menjalankan misimu. Gokong pakailah simpai pemberian dariku ini.”
Gokong                : “Baiklah Dewi.”
Narator                : Gokong pun memakai simpai itu.
Dewi Kwan Im   : “Tom Sam Cong kau boleh mengemas dan menjalankan misimu.”
Biksu                     : “ Gokong, ambilkan barangnya!”
Narator                : Sementara Gokong mengemas barangnya, Dewi pun berbicara kepada Tom Sam Cong.
Dewi                     : “Tom Sam Cong, simpai itu tadi dapat menjadi alat pengontrol si Gokong agar dia menurut.
Biksu Tong          : “Tapi bagaimana caranya Dewi?”
Dewi                     : “Bacakan mantra untuk membuat simpainya bekerja.”
Biksu Tong          : “Baiklah Dewi.”
Narator                : Dewi Kwan Im pun pergi dan Gokong pun menemui gerunya.
Gokong                : “Ayo kita melanjutkan perjalann ini geru”
Biksu                     : “Baiklah...”
Narator                : Mereka pun melanjutkan perjalanannya..
Biksu                     : “Gokong, beristirahatlah dulu disini..”
Gokong                : “Baiklah,guru...”
Narator                : Gokong dan Biksu Tong pun pergi melanjutkan perjalnan dan sampailah di hutan yang dekat sungai.
Biksu                     : “Gokong, kita beristirahat disini.”
Gokong                : “Baiklah Guru.”

Gokong                : “Kenapa aku harus menurut pada biksu yang lemah padahal kayangan saja bisa aku hancurkan.
Narator                : Gokong pun kembali dan melihat gurunya sedang meditasi.
Gokong                : “Lebih baik akan kubunuh saja dia, selagi dia meditasi.”

Gokong                : “Ampun Guru, ampun guru”
Biksu                     : “Baiklah, tapi berjanjilah kau tak akan mengulanginya.”
Gokong                : “Baiklah Guru, aku berjanji>”
Narator                : Dan mereka pun melanjutkan perjalanannya kembali. Tibalah ia disuatu desa, dan dilihatlah ada seekor siluman yang mengacaukan desa.
Gokong                : “Hei siluman, jangan berani kau mengacaukan desa ini. Kalau berani kau lawan aku saja.”
Patkai                   : “Baiklah, siapa takut...”

Patkai                   : “Ampunilah saya kakak”
Gokong                : “Baklah, kau akan kuampuni asalkan kau mau bertobat, dan mengikuti jalan yang benar.
Patkai                   : “Baiklah”

Mereka                : Hormat Dewi
Dewi Kwan Im   : “Patkai, bertobatlah maka kau akan diampuni”
Patkai                   : “Baiklah Dewi”
Dewi Kwan         : “Baik, jika begitu kau akan menemani Biksu Tong pergi menjalankan misi sucinay.
Patkai                   : “Baiklah Dewi.”

Patkai                   : “Guru, maafkan aku guru.”
Guru                     : “Tidak apa, selalu ada jalan bagi orang yang bertobat.”
Narator                : Mereka bertigapun melanjutkan misi sucinya.

Biksu                     : “ Gokong kita beristirahat disini sebentar.
Gokong                : “Baik guru,Patkai....”
Patkai                   : “ Ya kak Gokong”
Gokong                : “Carikan buah-buahan untuk guru”
Patkai                   : “Baiklah

Patkai                   : “Aduh... lelah sekali, dia pikir siapa dia seenaknya berani menyuruhku, dasar kera sialan.”
Patkai                   : “Lebih baik aku tidur saja.”
Rampok               : “Serahkan hartamu!”
Pakai                     : “Beraninya kau menyerang aku”
(Patkai diserang segerombolan rampok tetapi ia bisa mengatasinya)

Gokong                : “Guru aakah mendengar suara itu?”
Biksu                     : “Ya au dengar, cepat temui Patkai, mungkin dia sedang diserang.”
Gokong                : “Baik Guru.”

Nartaor                : Tiba-tiba datanglah seorang siluman yang mencuri Biksu Tong, sedangkan Gokong membantu Patkai.
Patkai                   : “Kakak, kenapa kau membantuku?”
Gokong                : “Aku disuruh guru.”
Patkai                   : “Lalu bagaimana dengan guru?”
Gokong                : “Bodoh sekali aku, guru aku tinggalkan sendirian.”
Patkai                   : “Aduh, ayo cepat kita temui guru.”

Narator                : Tibalah mereka di tempat awal mereka meninggalkan guru.
Patkai                   : “Dimana guru?”
Patkai                   : “Guru........Guru..”
Gokong                : “Ayo kita cari guru!”

Narator                : Sambil mereka mencari,siluman itu pun sampai di markasnya.
Siluman                : “Biksu lemah, cepat ajarkan aku bagaimana menjadi baik!”
Biksu                     : “Hilangkan amarah dalam hatimu terlebih dahulu!”
Siluman                : “Apakah perkataanmu bisa dipercaya?,dasar biksu pembohong”

(siluman ingin memukul biksu tapi Gokong datang)
Patkai                   : “Dasar siluman pengecut, beraninya kau mencuri guru kami saat sendirian”
Siluman                : “ Ayo maju!”

(Mereka berkelahi)
Gokong                : “Guru, aku bunuh saja siluman ini”
Biksu                     : “Jangan Gokong”
Narator                : Dewi Kwan Im pun datang dan melerai mereka
Mereka                : “Hormat Dewi”
Dewi                     : “Gokong janganlah kau bunuh dia”
Dewi                     : “Dan kau San Ceng, sesungguhnya kau berhati mulia tetapi karena jalanmu salah maka kau tak bisa bertobat”
San Ceng             : “Lantas bagaimana Dewi, bagaimana kau bertobat?”
Dewi                     : ‘Pergilah bersama mereka untuk menjalankan misi suci agar pertobatanmu berhasil”
San Ceng             : “Baiklah Dewi”
Narator                : Dewi Kwan Im pergi dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan, sampai suatu saat mereka bertemu siluman yang sakti.
Siluman Kebau  : “Hai kalian, beraninya kalian lewat daerah”
Biksu                     : “Tuan, kami hanya ingin lewat”
Kerbau                 : “Jika kalian lewat, maka kalian harus bertarung
(mereka bertarung dan kerbau kalah)
Kerbau                 : “Awas kalian, aku akan balas dendam”
Patkai                   : “Coba saja kerbau jelek”

Narator                : Karena kerbau kalah maka ia mencari bantuan
Kerbau 1              : “Hai kakak...... kakak”
Kerbau 2              : “ Ya ada apa?, kenapa wajahmu babak belur seperti ini?”
Kerbau 1              : “Aku dipukuli oleh Sun Gokong dan gerombolannya”
Kerbau 2              : “kalau begitu tunjukkan dimana mereka, mereka akan segera merasakkan kekuatan hebatku ini.”
(mereka pun menemui Biksu Tong)
Kerbau 1              : “Hai kau kera jelek, ayo lawan aku”
Kera                      : “Hai kau janagn lari”
(Gokong mengejar)
Kerbau 2              : “Hai kalian, serahkan biksu itu1”
Patkai                   : “Enak saja, argghhh....”
(bertarung)
~Biksu dipukul dari belakang oleh Kerbau1 yang berhasil lari dari Gokong
Gokong                : “Dasar pengecut”
(Gokong kembali)
Gokong                : “Patkai, San Ceng bangun”
Patkai                   : “Aduh...kepalaku sakit”
Sanceng               : “Dimana guru?”
Patkai                   : “Guru diculik”
Gokong                : “Ayo cari guru”
(Mereka mencari)
Kerbau 2              : “Disini mereka tidak akan bisa menemukanku”
Kerbau 1              : “Kakak, aku dengar daging biksu ini bisa membuat kita jadi sakti”
Kerbau 2              : “Kalau begitu kita jadikan dia makan malam kita”
Kerbau 1              : “Ahahah.... kelihatannya lezat.”
Kerbau 2              : “Iya,betul”
(aduh kepalaku)
Gokong                : “Aduh....duh... kepalaku”
San ceng              : “Ada apa kak Gokong?”
Gokong                : “Guru membarakan mantra simpaiku”
San ceng              : “Apakah kau tahu guru dimana?”
Gokong                : “Ya Aku bisa mendeteksi keberadaan guru”
Akhirnya mereka bisa menemukannya
Gokong                : “Hai, kau kerbau jelek, beraninya kau”
Patkai                   : “Ayo kita serang saja”
Sanceng               : “Ayo”
(mereka bertarung)
Kerbau 1              : “ampun,ampun”
Kerbau 2              : “Kami menyerah”
Sanceng               : “Ayo kita buat dia jera”
Patkai                   : “Kita cabut tanduknya saja”
Kerbau                 : “tidak,tiiidaaakk.....”
Biksu                     : “Bertobatlah, maka kau akan diampuni”
Kerbau                 : “Baiklah Biksu”
Biksu                     : “Baiklah, sekarang pergilah”
(kerbau pergi)
Narator                : Kerbau pergi dan mereka melanjutkan perjalanan misi suci sampai akhirnya mendapatkan kesempurnaan dan mereka pun jadi Budha


THE END


maaf bila ada kesalahan (karena membuat naskah sendiri)
semoga bermanfaat 

Drama Bahasa Jawa



 Contoh drama bahasa jawa untuk 5 orang


Akhire dadi Kanca Kenthel
 
Narator        : Ing Sawijining dina, ana bocah anyar ing kelas IX jenenge Louise. Bocah iku cupu.

Abram          : “Eh .. ana bocah anyar. Garapi yuk...”
Christian       : “Ayo .. kapan?”
Marco           : “Wektu istirahat wae, pas wonge ing kantin”
(Bel istirahat muni)
Abram          : “Bel wis muni, kok bocahe suwe banget?”
Christian       : “Aduuh ... suwe banget bocah iki”
Marco           : “Eh, iku wonge metu. Siap ya...”
(Louise metu nggawa mangan awan lan tiba)
Louise           : “Aduuh....”
Abram          : “Mati kowe!”
(Bocah telu padha ngguyu)
Viona           : “Kowe ki ana apa tha?”
(Louise sinambi nangiake awake)
Christian       : “Kenapa? Ora seneng ya?”
Viona           : “Aku ora seneng. Kowe tumindak sakarepmu dhewe!”
Marco           : “Eh, aku ora duwe masalah karo kowe! Dadi kowe ora sah melu-melu.”
Viona           : “Nanging kowe ojo sapenakmu dhewe tumindak kaya ngene.”
Marco           : “Dadi kowe rak seneng yen kita tumindak ngono marang dheweke? Apa kowe gelem nasibmu kayak dheweke?”

Viona           : “Ya wis lah Louise, wong kaya ngono kok diladenin. Mending dhewe metu saka kene.”
Abram          : “Wow ... golek gara-gara karo dhewe. Kita durung rampung ngomong, malah wis lunga.”
Chrisitian      : “Nyante wae, aku duwe akeh cara kanggo nggarap dheweke!”
Abram          : “Apa idemu?”
Christian       : “Kepriye yen kita kunci ing gudhang?”
Marco           : “Wah...., Apik iku!”
(Bel mlebu iki nyuworo)
Marco           : “Ayo wis bel....,ayo mlebu kelas!”
Abram          : “Ayo...”
(Lan pungkasanipun lonceng muni maneh)
Viona           : “Gelem mulih bareng ora?”
Louise          : “Gelem...gelem”
Christian       : “Eh, dheweke wis padha metu!!”
(Viona lan Louise diundang karo Abram)
Abram          : “Viona! Louise! Mreneaa.... mrene!!”
Viona           : “Kenapa?”
Abram          : “Kowe diutus njupuk buku-buku cawos kang ana ing gudhang”
Louise          : “Dikongkon sapa?”
Marco           : “Ya pustakawane lah!”
Viona           : “Saiki?”
Christian       : “Ya lah ...! mosok sesuk esuk!”
Louise          : “Ya wes Vi, yuk kita lunga menyang gudang.”
(Viona lan Louise iki milih buku-buku lawas)
Louise          : “Loh ..! kok lawange ditutup? Sapa sing ngunci lawang?”
Viona           : “Temtunipun bocah telu mau padha ngunciin dewe ing kene.”
(Viona lan Louise nyuwun tulung lan akhire ditulung guru BK.)


(Dina sabanjure)
Narator        : Abram,Christian,Marco mlebu sekolah kaya pada biasane.
Dumadakan ana kanca sing ngomong nek dheweke padha disebut karo BK


Marco           : “Apa iku? Knapa kita diundang BK?”
Christian       : “Ora ngerti aku, nanging kenapa ya kok diundhang BK?”
Abram          : “waduh .. mesthi ana apa-apa ya?”
Marco           : “Iya, ya ora sah wedi. Mrono wae dhisik, sapa ngerto kita oleh prestasi”
Christian       : “Ya bener, yuk.....”
(bocah telu mau banjur menyang BK)

Narator        : Sawise tekan BK, dheweke padha diamuki amarga ngunci Louise lan Viona ing gudhang. Guru BK menehi saran supaya aja tumindak maneh lan njaluk pangapura marang Viona lan Louise.

Christian       : “Viona,Louise, kita njaluk pangapura tumindak marang kowe. Kowe gelem menehi pangapura?”
Louise          : “Ya, kita apurani. Nanging kowe janji ya aja bakal tumindak maneh marang dhewe?”
Marco           : “Ya, dhewe janji.”
Viona           : “Apa ora luwih becik yen kita kekanca wae?”
Abram          : “Wah, idemu apik tenan!”
Louise          : “Dadi saiki kita wis dadi konco ya?”
Christian       : “Iyo.....”
Louise          : “Kenapa ora soko biyen wae ya?”
Viona           : “Kan luwih kepenak dadi kanca tinimbang musuh”
Christian       : “Ya bener uga sih, kok ora saka mbiyen kita kaya gini.”
Abram          : “Ya, Aku kepengin uga gini. Nanging sifat jail kita sing marake wis akeh mungsuh.”

Marco           : “Yo wis lah... ora sah diungkat-ungkit sing kepungkur, sing penting saiki wis dadi kanca. Aku pengin kita ora mung kekancan wae. Aku pengin kita dadi kanca salawas-lawase. Lan ana ora ana bab mungsuhan maneh.”
Louise          : “Ya, Aku uga kepengin kita dadi kanca sing tolong timulung marang liyane.”
Marco           : “Aku uga pengin kita kabeh pediuli marang sopo wae, kaya yen ana kanca sing nggawe surahing ati.”
Christian       : “Lan yen ana wong liya seneng, kita melu ngrasakake seneng.”
Viona           : Ya, tenan Bener iku! (ngguyu)

Pungkasaning crita........
Narator        : Dheweke dadi kanca kang reket banget.


Maaf jika ada kesalahan kata (karena membuat sendiri)
Semoga bermanfaat